Multiple Intellegences and Education

Multiple intelligences adalah teori psikologis tentang pikiran. Ini adalah sebuah kritik tentang ide bahwa ada kepandaian tunggal yang sudah ada sejak lahir, yang tidak bisa diubah, dan yang bisa diukur oleh ahli psikologi.

Lebih Dekat Dengan Epilepsi

Di Indonesia epilepsi dikenal dengan berbagai nama, diantaranya ‘ayan’, ‘sawan’, atau ‘celeng’. Namun penanggulangannya masih belum adekuat. Ini karena masyarakat masih menganggap epilepsi sebagai akibat kekuatan gaib, kutukan atau kesurupan, sehingga banyak penderita epilepsi tidak dibawa kedokter. Epilepsi juga dikaitkan dengan gangguan mental atau intelegensia rendah. Anak dengan epilepsi sering tidak atau keluar sekolah karena mendapat serangan kejang.

Hasil dan Prestasi Belajar

Perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh. Menurut pandangan ahli jiwa Gestalt, bahwa perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh baik perubahan pada perilaku maupun kepribadian secara keseluruhan. Belajar bukan semata-mata kegiatan mekanis stimulus respon, tetapi melibatkan seluruh fungsi organisme yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.

Dukungan keluarga

Dukungan keluarga sangat bermanfaat dalam pengendalian seseorang terhadap tingkat kecemasan dan dapat pula mengurangi tekanan-tekanan yang ada pada konflik yang terjadi pada dirinya. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman..

14 Pertanyaan tentang Autisme

Semua orang tidak pernah meminta untuk dilahirkan, apalagi dilahirkan sebagai individu autistik. Semua orangtua mengharapkan anaknya lahir sempurna, tetapi ketika putra/i-nya ternyata tidak sempurna, orangtua juga tidak bisa berbuat lain selain melanjutkan kehidupan sebaik mungkin. Keluarga dengan individu autistik membutuhkan pengertian dan kesempatan, bukan belas kasihan ataupun umpatan.

Jasa Yang Kami Tawarkan

Layanan Individual : 

  • Pemeriksaan Psikologi
  • Konseling individual masalah anak, remaja, maupun dewasa
  • Konseling keluarga, pernikahan

Layanan Pendidikan :

  • Evaluasi Psikologi (TK, SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi
  • Program Evaluasi  Psikologi dan Pendampingan bagi kelas ekselerasi/unggulan
  • Penelusuran Bakat dan Minat untuk Kebutuhan Penjurusan Sekolah/Pendidikan
  • Program Evaluasi Kematangan Sekolah pada Anak TK
  • Pelatihan Pengembangan Pribadi SLTA
  • Pelatihan Konselor Muda SLTA

Layanan Instansi (Perusahaan, Organisasi & Yayasan) :

  • Recrutment & Seleksi Karyawan
  • Evaluasi Psikologi untuk Promosi Karyawan
  • Head Hunting







14 Pertanyaan tentang Autisme



1. Apa itu autisme?

Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya harus sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan neurologi pervasif ini terjadi pada aspek neurobiologis otak dan mempengaruhi proses perkembangan anak. Akibat gangguan ini   sang anak tidak dapat secara otomatis belajar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga ia seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.

2. Apa saja gejalanya?

Gejala individu autistik yang harus muncul (salah satu atau kesemuanya) adalah gangguan interaksi kualitatif, gangguan komunikasi yang tidak diusahakan diatasi dengan kemampuan komunikasi non-verbal, dan perilaku repetitif terbatas dengan pola minat, perilaku dan aktifitas berulang.

3. Bagaimana mendiagnosa autisme?

Walaupun tidak ada satu tes khusus yang tersedia untuk mendiagnosa gangguan perkembangan ini, melalui observasi kriteria-kriteria spesifik dapat ditegakkan satu diagnosa konsensus.

4. Siapa yang berwenang menegakkan diagnosis bahwa seseorang itu autistik?

Apakah seseorang dapat dinyatakan sebagai individu autistik atau tidak, ditentukan melalui tahapan wawancara mendalam dengan orang-orang yang mengasuh anak dan paham akan perkembangan anak di tiga tahun pertama kehidupannya, observasi serta interaksi dengan anak tersebut.Dokter dan psikolog biasanya adalah profesi-profesi yang dijadikan ujung tombak penanganan individu autistik. Profesi lain seperti guru, terapis, maupun pihak saudara, serta orangtuanya sendiri dan anggota masyarakat umum memegang peranan penting dalam memberikan data mengenai kondisi anak sehari-hari secara detil.

5. Apa penyebab autisme?

Sampai saat ini, apa yang menjadi penyebab gangguan spektrum autisme ini belum dapat ditetapkan. Negara-negara adikuasa yang sanggup melakukan penelitian menyatakan bahwa penyebab gangguan perkembangan ini merupakan interaksi antara faktor genetik dan berbagai paparan negatif yang didapat dari lingkungan.

6. Apa saja penanganan yang tersedia bagi individu autistik di Indonesia?

Berbagai terapi terbukti membantu meningkatkan kualitas hidup individu autistik. Penanganan yang sudah tersedia di Indonesia antara lain adalah terapi perilaku, terapi wicara, terapi komunikasi, terapi okupasi, terapi sensori integrasi, pendidikan khusus, penanganan medikasi dan biomedis, diet khusus. Penanganan lain seperti integrasi auditori, oxygen hiperbarik, pemberian suplemen tertentu, sampai terapi dengan lumba-lumba juga sudah tersedia di beberapa kota besar.

7. Apa saja kemungkinan pendidikan bagi mereka?

Individu autistik tidak berbeda dengan individu lain non-autistik. Artinya, kecerdasan setiap individu sangat bervariasi.. Karena tingkat kecerdasan setiap individu berbeda, intensitas gejala autistik yang ada pada setiap individu juga tidak sama, maka kemungkinan pendidikan bagi individu autistik bervariasi dari ‘bisa mencapai pendidikan setinggi-tinggi mungkin’, sampai ‘tidak bisa dididik tetapi hanya dapat dilatih saja’.Setiap individu berbeda.

8. Bagaimana prognosa bagi individu autistik?

Prognosa dan hasil akhir tergantung banyak aspek, antara lain: jumlah dan intensitas gejala, usia deteksi, jenis dan intensitas penanganan, serta peranan orang tua dalam generalisasi penanganan ke dalam kehidupan sehari-hari. Hasil akhir penanganan, tidak dapat diprediksi karena merupakan interaksi banyak sekali faktor. Penanganan merupakan perjuangan panjang dan perlu kerja keras tak terputus sebelum memberikan hasil yang efektif efisien.

9. Adakah kemungkinan bagi individu autistik untuk “sembuh”?

Karena autisme merupakan gangguan perkembangan dan bukan suatu penyakit, penggunaan istilah “sembuh“ menjadi kurang tepat. Yang lebih tepat adalah bahwa individu autistik dapat ditatalaksana agar bisa berbaur dengan individu lain di masyarakat luas semaksimal mungkin, dan pada akhirnya dapat beradaptasi dengan berbagai situasi yang juga dihadapi orang lain pada umumnya.

10. Apakah penggunaan istilah ‘penderita autisme’ sudah tepat?

Istilah ‘penderita’ untuk menggambarkan masing-masing anak, jelas kurang bijak. Anak-anak ini tidak sedang menderita. Lebih bijak bila kita mengacu pada ‘perbedaan individual’ setiap anak dan pada akhirnya atas dasar melihat ciri-ciri unik setiap anak tersebut kemudian menyebut mereka sebagai ‘individu autistik’.

11. Ada berapa orang individu autistik di Indonesia saat ini di tahun 2008?

Indonesia belum pernah melakukan survei berkaitan dengan jumlah individu autistik, karena alasan biaya dan tenaga kerja. Akibat belum dilakukannya survei tersebut, tentu saja kita tidak bisa memastikan berapa jumlah prevalensi individu autistik di Indonesia. Belum ada satu pun lembaga resmi di Indonesia yang memiliki angka prevalensi kejadian individu autistik di Indonesia di tahun 2008 sesuai fakta di lapangan.

12. Apakah betul terjadi peningkatan jumlah individu autistik?

Di Amerika, Inggris, Australia, pemerintah setempat sudah melaksanakan survei untuk mengetahui jumlah individu autistik dari tahun ke tahun. Di Indonesia, indikator peningkatan baru dapat diperoleh dari catatan praktek dokter – yang dari menangani 3-5 pasien baru per tahun, kini menangani 3 pasien baru setiap hari dan itu pun dibatasi – dan catatan penerimaan siswa di sekolah-sekolah. Sulit mendapatkan angka di Indonesia mengingat bahwa belum ada sensus secara resmi, belum meratanya diagnosis bagi anak-anak ini, dan keengganan sebagian orangtua mengakui bahwa putra/i-nya adalah individu autistik.

13. Di keluarga saya tidak ada yang autistik, jadi kami sebaiknya berbuat apa?Mengetahui adanya gangguan perkembangan dan memahami ciri khas mereka ini akan sangat membantu individu autistik dan keluarganya dalam beradaptasi dengan lingkungan masyarakat umum.

14. Apa yang keluarga dengan anak autistik harapkan dari masyarakat dan lingkungan?

Keluarga dengan individu autistik sejak anak masih balita sudah mengalami banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, penyesuaian, menghadapi tuntutan masyarakat. Tingginya biaya penanganan dan sulitnya mendapatkan kesempatan pendidikan juga merupakan tekanan bagi orangtua.Keluarga sangat mengharapkan lingkungan dan masyarakat dapat bersikap lebih empatik terhadap perjuangan mereka mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya, memahami kesulitan mereka, sehingga tidak mengolok-olok perilaku individu autistik atau menyalahkan orangtua bila individu autistik bersikap tidak seharusnya.

Semua orang tidak pernah meminta untuk dilahirkan, apalagi  dilahirkan sebagai individu autistik. Semua orangtua mengharapkan anaknya lahir sempurna, tetapi ketika putra/i-nya ternyata tidak sempurna, orangtua juga tidak bisa berbuat lain selain melanjutkan kehidupan sebaik mungkin. Keluarga dengan individu autistik membutuhkan pengertian dan kesempatan, bukan belas kasihan ataupun umpatan.



Dukungan Keluarga



Dukungan keluarga didefinisi dari dukungan sosial. Definisi dukungan sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan kontradiksi (Yanuasti, 2001). Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut disebut sebagai significant other, misalnya sebagai seorang istri significant other-nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara.

Sarafino (1990) mengatakan bahwa kebutuhan, kemampuan, dan sumber dukungan mengalami perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram (Taylor, 1995). Rodi dan Salovey (Smet, 1994) mengungkapkan bahwa keluarga dan perkawinan adalah sumber dukungan sosial yang paling penting. Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk (Kaplan dan Sadock, 1998). Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Dari definisi yang disebutkan, penulis mengambil kesimpulan bahwa dukungan keluarga sangat bermanfaat dalam pengendalian seseorang terhadap tingkat kecemasan dan dapat pula mengurangi tekanan-tekanan yang ada pada konflik yang terjadi pada dirinya. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan didapatkan dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, ataupun keluarga dekat lainnya. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis.

Fungsi dukungan keluarga

Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998).

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).

Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi (Ryan dan Austin dalam Friedman, 1998).

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2004) merupakan bantuan/sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga. Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan (Taylor, 1995, h. 277). Pendapat diatas diperkuat oleh pernyataan dari Commission on the Family (1998, dalam Dolan dkk, 2006, h. 91) bahwa dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh dengan tekanan.

Dukungan Keluarga terhadap Pengobatan Penyakit

Menurut Sarwono dalam Yusuf (2007), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Sistem dukungan untuk mempromosikan perubahan prilaku ada 3, yaitu :
  1. dukungan material adalah menyediakan fasilitas latihan.
  2. dukungan informasi adalah memberikan contoh nyata keberhasilan seseorang dalam melakukan diet dan latihan. 
  3. dukungan emosional atau semangat adalah memberi pujian atas keberhasilan proses latihan.

Bailon dan Maglaya dalam Sudiharto (2007) menyatakan, bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang di rekat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama (Sugarda, 2001). 

Friedman dalam Sudiharto (2007), menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung. Menurut Friedman (2003) dukungan keluarga merupakan bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.

Menurut Goldsworthy (1998) yang dikutip oleh Friedman (2003), bahwa ada 4 (empat) jenis dukungan sosial yaitu:
  1. Dukungan emosi, yaitu adanya rasa empati, percaya dan perhatian;
  2. Dukungan instrumental, yaitu membantu orang secara langsung, kenyamanan, dan adanya    kedekatan.
  3. Dukungan informasi, yaitu upaya memberikan informasi mengenai hal-hal yang dinilai positif dan dapat meningkatkan pengetahuan dan tindakan.
  4. Dukungan sipritual, yaitu dukungan dalam bentuk harapan, doa, pengertian dan memahami alasan-alasan.

Menurut friedman (1998), ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika lansia menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubunganya dengan lansia. Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera. Orang yang hidup dalam lingkungan yang bersikap supportif, kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik.